7 Peninggalan Sejarah Hindu Budha di Indonesia

Posted on

Peninggalan Hindu Buddha awal mulanya di buat oleh kerajaan yang berdiri di Indonesia, sampai saat ini peninggalan tersebut masih di rawat dan dilestarikan karena itu merupakan salah satu sumber yang bisa di gunakan oleh para peneliti untuk mengungkapkan kehidupan di masa lampau.

Sejarah peninggalan Hindu Buddha banyak di temukan di beberapa daerah di Indonesia, sudah tahukan Anda apa saja peninggalannya dan sejak kapan peninggalan tersebut di buat? Mari kita gali peninggalan sejarah Hindu Buddha di Indonesia di bawah ini :

A. Peninggalan Sejarah Kerajaan Kutai

Peninggalan sejarah tertua yang mampu membuka tabir periode sejarah di Nusantara adalah penemuan tujuh buah prasasti berupa tiang batu. Peninggalan sejarah berupa tiang ini sering di sebut yupa. Meskipun tidak ditemukan sistem peninggalan pada prasasti tersebut, tetapi berdasarkan analisis paleografi diduga bahwa prasati tersebut berasal dari tahun 322 Saka atau 400 Masehi.

Tiang Batu Yupa

Prasasti tersebut dikeluarkan oleh seorang raja bernama Mulawarman. Oleh karena itu, prasasti tersebut juga disebut sebagai prasasti Mulawarman. Ada tujuh buah tiang batu yang bertuliskan aksara Pallawa. Seluruh prasasti yupa ditemukan di Muuara Kaman, Kalimantan Timur. Isinya antara lain mengisahkan tentang sikap kedermawanan Raja Mulawarman yang telah menyedekahkan 20.000 ekor lembu untuk para brahmana.

 

Dalam salah satu petikan dari prasasti ketiga, disebutkan ” . . .biarlah mereka mendengar tentang indahnya (Raja Mulawarman) yang luar biasa, ternak, pohon keajaiban, dan tanah. Karena banyaknya perbuatan saleh, tiang pengurbanan ini didirikan oleh pendeta”.

 

 

Dalam salah satu prasasti dituliskan bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan kenduri dan menggunakan emas yang banyak. Oleh karena itu, tugu-tugu tersebut didirikan oleh para brahmana untuk memperingati kenduri tersebut.

Raja Mulawarman disebutkan sebagai anak dari Aswawarman dan cucu dari Kundungga. Nama Mulawarman dan Aswawarman biasanya di kaitkan dengan nama-nama bangsawan yang ada di India. Aswawarman sendiri disebut sebagai wangsakerta atau pembentuk keluarga.

B. Peninggalan Sejarah Kerajaan Tarumanegara

Sejarah keberadaan Hindu di Jawa mulai terungkap setelah ditemukan serangkaian prasasti di Jawa Barat. Stidaknya ada tujuh buah prasasti yang di temukan di berbagai tempat di Bekasi, Bogor, dan Pandeglang. Ketujuh prasasti itu digoreskan pada beragam bentuk batu, tetapi tanpa sistem penanggalan.

Prasasti tersebut ditulis dengan menggunakan aksara Pallawa dan disesuaikan dengan bentuk batunya. Setelah di telliti berdasarkan palaeografisnya, diketahui bahwa ketujuh prasasti itu berasal dari masa pertengahan tahun 450-500 Masehi. Prasasti-prasasti yang ditemukan tersebut kebanyakan berisi kebesaran Raja Purnawarman yang memerintah Kerajaan Tarumanegara.

1. Prasasti Ciaruteun
Sesuai namanya, prasasti ditemukan di tepi Sungai Ciaruteun, dekat muara sungai Cisadane. Prasasti yang terdiri atas empat baris ini ditulis pada sebuah batu kali dengan aksara Pallawa dan bahasa Sansekerta. Selain itu, terdapat pula lukisan laba-laba dan sepasang telapak kaki.

Prasasti Ciaruteun

Lukisan telapak kaki tersebut mengingatkan kita pada tradisi yang berkembang di India Kuno sebagai lambang para Dewa. Telapak kaki tersebut menandakan bahwa daerah tempat prasasti itu didirikan merupakan daerah taklukan dari Raja Purnawarman. Sementara itu, isi Prasasti Ciaruteun antara lain menyebutkan bahwa Raja Purnawarman membandingkan telapak kakinya dengan telapak kaki Dewa Wisnu.

2. Prasasti Tugu
Prasasti Tugu ditemukan di pertemuan Sungai Cakung, daerah Tugu, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Informasi sejarah yang terdapat di dalam prasasti Tugu paling lengkap dan panjang apabila dibandingkan dengan prasasti-prasasti Tarumanegara yang lain. Petikan prasasti tersebut antara lain menyebutkan sebagai berikut :

Prasasti Tugu

“Sebelumnya Candrabhaga di gali oleh raja diraja, sang Guru yang bertangan kuat, setelah sampai di kota terkenal, masuk ke laut. Pada tahun ke-22 takhtanya yang semakin makmur, Purnawarman yang bersinar karena kemakmuran dan kebaikannya serta yang menjadi panji raja-raja manusia menggali Sungai Gomati yang indah dan bersinar dan berisi air bersih, panjang 6.122 tombak digali dalam 21 hari, dimulai pada paruh gelap hari ke-8 bullan Phalguna dan selesai pada paruh terang hari ke-13 bulan Caitra. Sungai itu melintasi tanah kediaman Sang kakek dan Penasihat Kerajaan, kini mengalir setelah di doakan oleh para pendeta dengan persembahan seribu ekor sapi.”

3. Prasasti Kebun Kopi

Prasasti Kebun Kopi

Prasasti Kebun Kopi di temukan di kampung Muara Hilir, Kecamatan Cibungbulang, Bogor, Jawa Barat. Dalam prasasti ini juga dikemukakan lukisan telapak kaki gajah yang identik dengan telapak kaki gajah Airawata. Gajah ini dalam beberapa peninggalan sejarah selalu menjadi tungganngan Dewa Indra. Dewa Indra adalah Raja praja para dewa Hindu.

4. Prasasti Lebak
Prasasti Lebak ditemukan dikampung Lebak, ditepi Sungai Cindanghiang, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten. Prasasti ini ditemukan pada tahun 1947, beriswi pujian kan kebesaran dan keberanian Raja Purnawarman. Namun, prasasti yang ditulis dalam bentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta ini hanya terdiri atas dua baris.

5. Prasasti Muara Cianten
Prasasti Muara Cianten ditulis dalam aksara ikal yang hingga kini belum bisa ditafsirkan artinya. Prasasti ini ditemukan di Bogor.

6. Prasasti Pasir Awi
Prasasti Pasir Awi ditemukan di daerah Liuwiliang, ditulis dalam aksara ikal. Hingga kini prasasti ini juga belum bisa ditafsirkan maknanya.

C. Peninggalan Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijiaya pernah menjadi pelabuhan maritim terbesar di Asia Tenggara, serta pusat penyebaran dan pengembangan agama Buddha. Oleh karena itu, banyak peninggalan sejarahnya bercorak agama Buddha.

Sebagai penganut agama Buddha maka peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya banyak di warnai oleh candi-candi Buddha. Berbeda dengan bentuk dan bahan candi yang ada di Jawa yang menggunakan batu, candi-candi yang ada di Sumatra menggunakan bahan dasar batu bata. Menurut I Ching di kerajaan Sriwijaya telah berdiri banyak pagoda pada abad VII.

1. Komplek Candi Muara Takus

Candi Muara Takus

Candi Muara Takus dibangun kira-kira pada abad XI. Candi menggunakn batu bata dengan pola nandalan (bujur sangkar, lingkaran atau segitiga) dengan hiasan klasik. Ciri khas candi ini adalaah adanya stupa besar dan dikelilingi oleh beberapa candi lainnya. Gugus candi ini di kelilingi oleh tembok batu bata seluas 74 meter persegi dan benteng babatuan sepanjang 2 kolometer. Salah satu candi yang masih utuh adalah Candi Mahligai.

2. Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti Kedukan Bukit

Peninggalan sejarah yang lain dari Raja Sriwijaya adalah sejumlah prasasti. Salah satu prasasti yang isinya lengkap adalah prasasti Kedukan Bukit. Prasasti ini ditemukan di tepi Sunagi Talang, dekat Kota Palembang pada tahun 1920. dalam prasasti itu terdapat angka tahun 605 Saka atau 683 M.

Isinya antara lain menceritakan sidayatra perjalanan suci yang dilakukan Dapunta Hiyang. Perjalan Dapunta Hiyang diawali dari Minangatamwan menggunakan perahu dengan 200 peti perbekalan. Dalam perjalanannya, Dapunta membawa 20.000 tentara dan berhasil menaklukan beberapa daerah. Perjalanan ini berakhir di mukha-p dan kemudian mendirikan wanua atau perkampungan yang diberinama Sriwijaya.

3. Prasasti Talang Tuo

Prasasti Talang Tuo

Prasasti Talang Tuo ditemukan di Desa Gandus, sebelah barat Kota Palembang. Isinya antara lain menceritakan pembuatan Taman Sriksetra untuk kemakmuran semua penduduk dan terdapat doa-doa yang bersifat Buddha Mahayana. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka atau 684 M.

4. Prasasti Telaga Batu

Prasasti Telaga Tua

Prasasti tanpa angkat athun ini berasal dari Sabukingking, Palembang dan ditemukan pada tahun 1918. Bantuknya batu lempeng menyerupai segi lima dan berhiaskan tujuh kepala ular korba. Prasasti dari abad VII ini dibuat oleh salah seorang raja Sriwijaya yang beisi kutukan atau sumpah kesetiaan para calon pejabat atau penguasa yang telah ditaklukan.

5. Prasasti Kota Kapur

Prasasti Kota Kapur

Prasasti Kota Kapur ditemukan di Kota Kapur, Pulau Bangka pada bulan Desember 1892 oleh J.K. Van der Meulen. Prasasti itu diantara lain berisi upaya penaklukan Sriwijaya terhadap Jawa. Selain itu, berisi pula sumpah dan ancaman kutukan mati bagi siapa saja yang tidak setia, mencoba memberontak, atau tidak hormat kepada Kedatuan Sriwijaya. Dalam bagian akhir  prasasti ini ditulis.

“Dengan keberhasilan, kesentosaan, kesehatan, kebebasan dari bencana, kelimpahan segalanya untuk semua negeri mereka! Tahun saka 608, hari pertama paruh terang bulan Waisak, pada saat itulah kutukan ini diucapkan, pemahatannya berlangsung ketika bala tentara Sriwijaya baru berangkat untuk menyerang bhumi Jaawa yang tidak takluk kepada Sriwijaya.”

6. Peninggalan Sejarah Kerajaan Sriwijaya yang Lain.

Keramik Kerajaan Sriwijaya

Selain peninggalan sejarah di atas, peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya adalah prasasti Karang Behari (Jambi), prasasti Palas Pasemah (Lampung Selatan), Prasasti Ligor, Prasasti Nalanda, dan lain-lain.

Ditemukan pula potongan-potongan prasasti, arca, manik-manik, mata uang, struktur bangunan, potongan kapal, keramik, dan lebih dari enam belas situs di palembang. Emapt situs di antaranya memiliki peninggalan prasasti sekitar abad VII sampai dengan abad VIII Masehi, yaitu situs Candi Angkosa, prasasti Kedukan Bukti, situs Kolom Pinishi dan Situs Tanjung Rawa.

D. Peninggalan Sejarah Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram adalah kerajaan besar di Jawa. Hal ini terlihat dari sejumlah peninggalan sejarah yang masih bisa dilihat hingga kini. Peninggalan sejarah Kerajaan Mataram antara lain berupa candi, prasasti, kompleks permukiman, dan peralatan hidup sehari-hari.

1. Prasasti Canggal

Prasasti Canggal

Prasasti ini ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di Kadiluwih, Kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah. Prasasti ini berangka tahun 732 M dan menggunakan huruf Pallawa serta bahasa Sansekerta. Dalam prasasti ini diceritakan pembangunan lingga (lambang Sywa) di Desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya. Selain itu, disebutkan pula yang menjadi raja pertama adalah Sanna, kemudian digantikan oleh Sanjaya. Sanjaya disebut sebagai raja yang gagah berani karena menaklukan musuh-musuhnya.

2. Prasasti Mantyasih

Prasasti Mantyaasih

Prasasti ini ditemukan di Mantyasih, Kedu, berangka tahun 907 M dan ditulis dengan menggunakan bahasa Jawa KUno. Prasasti tersebut antara lain menyebutkan silsilah raja-raja Mataram. Nama raja yang ditulis antara lain Raja Sanjaya, Rakai Pangakaran, Rakai Panunggalan, Rangkai Warak, Rakai Gerung, Rakai Pikatan, Rakai Kanyuwangi, Ratu Watuhumalang, dan Rakai Watukara Dyah Balitung.

3. Candi Gunung Wukir

Candi Gunung Wukir

Candi Gunung Wukir adalah candi Hindu tertua tempat ditemukannya prasasti Canggal (732 M). Candi ini terdiri atas satu bangunan utama dan tiga bangunan pendamping. Dalam kompleks candi terhadap lingga dan yoni serta patung lembu Nandi.

4. Candi Dieng

Candi Dieng

Kompleks candi dieng terletak didataran Tinggi Dieng. Nama dieng sering dikaitkan dengan kata Di Hyang yang berarti tempat para leluhur. Candi tertua dari kompleks candi adalah Candi Arjuna yang biasa di gunakan sebagai tempat pemujaan Dewa Siwa. Candi Dieng dihiasi dengan kalamakara. Candi-candi yang masih ada di kawasan ini antara lain Candi Puntadewa, Candi Srikandi, Candi Bima, Candi Gatotkaca, dan Candi Semar.

5. Candi Gedong Sanga

Candi Gedong Sanga

Kompleks Candi Gedong Sanga terletak di sebelah selatan kota Semarang. Dibangun pada tahun 750-775 M. Apabila dilihat sekilas mirip dengan candi-candi di Dieng. Candi Gedong Sanga dibangun sebagai persembahan kapada Trimurti.

6. Candi Kalasan

Candi kalasan

Candi Kalasan adalah bangunan candi Buddha tertua di Indonesia. Dibangun kira-kira pada tahun 778 M sebagai persembahan kepada Dewi Tara. Pembangunan candi itu ditulis dalam sebuah prasasti yang dikenal dengan prasasti Kalasan yang berangka tahun 778 M.

7. Candi Sewu

Candi Sewu

Candi Sewu dibangun pada tahun 775 M terletak di komplekas Candi Prambanan. Candi Sewu terdiri atas 1 candi induk dan dikelilingi oleh 240 candi. Sewu dalam bahasa Indonesia berarti seribu. Hal ini menunjukkan banyaknya jumlah candi candi yang sangat banyak. Arca di lingkungan candi juga ribuan jumlahnya.

8. Candi Borobudur

Candi Borobudur

Candi Borobudur adalah candi Buddha terbesar di Indonesia. Dibangun sekitar tahun 750-850 M. Dalam sebuah prasasti tahun 842 M, disebut pembanguanan tempat suci Bhumisambhara bhaudara, yang berarti “gunung pengumpulan kebijakan untuk sepuluh tahap (dalam perjalanan menjadi Bodisatwa)”. Candi terdiri atas tiga tingkatan, yang tiap-tipa tingkatan dikelilingi stupa dan dihiasi relief. Puncaknya berupa stupa yang sangat besar, sementara itu bangunan candi terlihat simetris dari segala penjuru.

9. Candi Prambanan

Candi Prambanan

Candi Prambanan di bangun sekitar tahun 825 M. bagian tengahnya terdiri atas tiga candi utama sebagai persembahan kepada Dewa Trimurti, yang dikelilingi oleh candi-candi kecill. Relief yang ada pada candi tersebut berisi cerita Ramayana. Komplekas candi ini ditulis oleh Reffles dalam bukunya yang berjudul History of Java. Saat terjadi gemap bumi tahun 2006, berapa bagian candi ini retak, sementara stupanya dalam posisi miring.

E. Peninggalan Sejarah Kerajaan Kediri

 

Patung Raja Airlangga

Kerajaan kediri didirikan oleh Raja Airlangga tahun 1019 M. Raja Airlangga dianggap sebagai titisan Dewa Wisnu yang selalu menyelamatkan dunia dari malapetaka. Akan tetapi, raja terbesar dari kerajaan ini adalah Raja Jayabaya yang memerintah tahun 1130-1160 M. Dalam perkembangannya, kerajaan di bagi menjadi dua, yaitu janggala (dengan ibu kota Kahuripan) dan Panjalu (dengan ibu kota Daha). Keberadaan kerajaan Kediri dikaitkan dengan maklumat Mpu Sindok tahun 292 M, prasasti Banjaran (1052 M), prasasti Hantang (1052 M), serangkaian kitab karya sastra seperti kawin Bharatayudha, kitab Hariwangsa, kitab Gatotkacasraya, kitab Smaradahana, serta beberapa patung.

Kakawitan Bharatayudha

Gambar di atas adalah Kekawin Bharatayudha pada daun tal. Naskah tersebut ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh pada tahun 11557 M. Kakawin tersebut bercerita tentang perang 18 hari antara Pandawa dan Kurawa yang ditandai dengan kehancuran Kurawa.

F. Peninggalan Sejarah Kerajaan Singasari

Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 M. Keberadaan Kerajaan Singasari di buktikan dengan beberapa peninggalan sejarah, baik berupa candi, patung, arca, prasasti, maupun kitab sastra.

1. Candi Singasari

Candi Singasari

Candi Singasari dibangun tahun 1229 pada masa pemerintahan Raja Katanegara. Raja ini di kenal dengan cita-cita Cakrawala Mandala yaitu upaya untuk mempersatukan Nusantara di bawah kekuasaannya. Ia mengirim ekspedisi Pamalayu tahun 1275 M. Akan tetapi, ia terbunuh oleh Jayakatwang (Kediri). Jenazah diperabukan di Candi Singasari.

2. Candi Kidal

Candi Kidal

Candi kidal selesai di bangun tahun 1260 M, merupakan persembahan kepada Dewa Wisnu. Candi tersebut terletak di sebuah halaman berdinding dengan ukuran 21 x 22 m. Seperti kebanyakan can di Jawa Timur, Candi Kidal digunakan untuk menghormati golongan elite istana yang meninggal dunia. Candi ini merupakan tempat perubahan Anusapati.

3. Candi Jago

Candi Jago

Salah satu candi peninggalan Kerajaan Kediri adalah Candu Jago. Candi ini di bangun tahun 1280 M, merupakan candi tertua di Jawa Timur yang mempunyai relief cerita. Kebaanyakan relief di Candi Jago berisi pemandangan alam (tanpa manusia) yang meliputi pepohonan, semak-semak, dan tempat peristirahatan.

4. Candi Jawi

Candi Jawi

Candi Jawi dibangun pada tahun 1292 M terletak di Prigen, kabupaten Malang.

5. Patung Dwarapala

Patung Dwarapala

Patung ini terdiri atas dua buah arca kembar, dibuat sekitar thun 1292 M. Tingginya lebih dari empat meter. Kemungkinan kedua patung itu pernah berdiri di gerbang istana Singasari pada abad XIII.

G. Peninggalan Sejarah Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu terbesar di Nusantara, berdiri pada tahun 1293 M dengan raja pertama Raden Wijaya. Kerajaan ini mengalami kejayaan pada masa Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada sekitar tahun 1350-1389 M. Peninggalan sejarah kerajaan ini sangat banyak seperti candi, prasasti, karya sastra, patung/arca, kedaton, pemandian dan gapura.

1. Candi Panatara

Candi Panataran

Candi Panataran merupakan candi terpenting Kerajaan Majapahit yang dibangun pada tahun 1369 M, candi tersebut merupakan persembahan kepada Ganesha. Kitab Negara Kertagama menyebutkan bahwa raja Majapahit pernah berkunjung ke candi tersebut. Halini menandakan bahwa candi tersebut merupakan candi negara.

2. Bajang Ratu

Bajang Ratu

Bajang Ratu adalah salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit yang berupa candi berbentuk gapura. Bajang ratu diduga merupakan gerbang pintu masuk sebuah bangunan suci atau rumah bangsawan yang dibangun pada abad XIV M. Gerbang paduraksa ini bercirikan pintu sempit, berdaun ganda, dan atapnya menyerupai candi.

3. Candi Tikus

Candi Tikus

Candi Tikus merupakan tempat pemandian yang berhias. Ditengah kolam terdapat candi yang merupakan tiruan perlambang Gunung Meru. Dalam candi itu terdapat pipa batu berukir seperti kuncup teratai yang menyemburkan air.

4. Beberapa Prasasti
Prasasti dari masa Majapahit lebih banyak berisi tentang ketentuan suatu daerah menjadi daerah perdikan atau sima.

a. Prasasti Kudadu (1294 M)
Penduduk Desa Kudaku dan kepala desanya (rama) diberi hadiah tanah sima, setelah membantu Raden Wijaya saat dikejar Jayakatwang.

b. Prasasti Maribong (Trowulan II) (1264 M)
Pemberian hak perdikan bagi Desa Maribong oleh Wisnuwardhana pada tanggal 28 Agustus 1264 M.

c. Prasasti Canggu (Trowulan I)
Mengenai aturan ketentuan kedudukan hukum desa-desa di tepai Sunagi Brantas dan Solo yang menjadi tempat penyebrangan.

5. Beberapa Bangunan Lain
a. Segeran

Segeran

Kolam segaran terletak di Dukuh Trowulan, Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Kolam ini merupakan bangunan kolam kuno terbesar yang mencerminkan kemampuan Kerajaan Majapahit beradaptasi dengan lingkungannya. Konon, kolam ini digunakan untuk rekreasi dan menjamu tamu-tamu Kerajaan Majapahit.

Kolam terbentuk empat persegi panjang berukuran panjang 375 m dan lebar 125 m pertama kali ditemukan oleh Ir. Henry Maclain Pont pada tahun 1926. Dinding kolam setinggi 3, 16 m, sementara lebarnya 1,6 m.

b. Candi Brahu

Candi Brahu

Candi Brahu terletak di Desa Bejijong, Trowulon, Kabupaten Mojokerto. Candi ini merupakan tempat untuk menyimpan abu raja-raja Majapahit, Brawijaya I, II, III, IV. Setelah dibakar, abunya disimpan di gua candi ini. Candi dibangun dari batu bata yang direkatkan satu sam lain dengan sistem gosok. Banguan Candi Brahu berukuran tinggi 25,7 m dan lebar 20,70 m.

c. Gapura Writingin Lawang

Gapura Writing Lawang

Gapura Writing Lawang terletak di Dukuh Writing Lawang, Desa Jatipasar, Kecamataan Trowulan, Jawa Timur. Candi ini merupakan bangunan kuno bentuk gapura belah yang tidak memiliki atap (tipe Candi Bentar). Gapura ini diperkirakan sebagai pintu gerbang masuk salah satu kompleks bangunan yang berada di Kota Majapahit.

Demikian saya sampaikan, dengan ulasan ini kurang lebihnya kita bisa mengetahui dan memahami bagaimana kehidupan bangsa kita di masa peninggalan Hindu Buddha di Indonesia. Terima kasih saya ucapkan dan semoga bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.